Sabtu, 15 Mei 2010

Busana Muslimah Seksi..???
Oleh:
Didin Fahrudin, S.Sos.I.*)

Sejarah busana lahir seiring dengan dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Oleh karenanya, busana sudah ada sejak manusia diciptakan. Kesimpulan ini dapat diambil dari firman Allah swt: “Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syetan sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu-bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya..”[Q.S. Al-‘Arâf/7: 27]. Dengan demikian, jelaslah sejak manusia tercipta, pakaian itu sudah ada, sesuai dengan situasi dan kondisi waktu itu.
Busana memiliki fungsi yang begitu banyak, dari menutup anggota tertentu dari tubuh hingga penghias tubuh. Sebagaimana yang telah diterangkan pula oleh Allah dalam Al-Qur’an, yang mengisyaratkan akan fungsi busana; “Wahai anak Adam (manusia), sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi (aurat) tubuhmu dan untuk perhiasan…”. [Q.S. Al-‘Arâf: 26]
Nah, dari tata cara, bentuk dan mode berbusana, manusia dapat dinilai kepribadiannya. Dengan kata lain, cara berbusana merupakan cermin kepribadian seseorang.
Secara psikologis pakaian sangat berpengaruh terhadap pemakainya terutama dalam hal sikap atau tingkah laku maupun emosinya. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan pengaruh psikologis dari pakaian adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi sikap atau tingkah laku maupun emosi seseorang akibat dari pakaian yang dikenakannya. Sehingga orang yang berpakain sopan cenderung akan bersikap sopan, begitupun sebaliknya orang yang berpakaian urakan akan mendorong pemakainya untuk bersikap urakan pula.
Konsekwensi sebagai manusia agamis adalah berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan agamanya. Salah satu bentuk perintah agama Islam adalah perintah untuk mengenakan busana yang menutup seluruh aurat yang tidak layak untuk dinampakkan pada orang lain yang bukan muhrim. (QS Al-Nûr: 31 dan Al-Ahzâb: 59) Dari situlah akhirnya muncul apa yang disebut dengan istilah “Busana Muslimah”.
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan idealnya, pengguna gaun tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana. Busana muslimah bukan hanya sekedar simbol, melainkan dengan mengenakannya, berarti seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan, pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa.
Namun akhir-akhir ini, model busana muslimah mengalami perkembangan yang luar biasa. Ketika jilbab dan kerudung beberapa waktu lalu telah menjadi ikon kesalehan seorang muslimah, kini rasa-rasanya tidak lagi demikian. Muncul fenomena baru, (walaupun tidak lagi bisa dikatakan terkini) istilah jilbab/kerudung gaul.
Jilbab/kerudung gaul adalah model yang mengawinkan dua gejala: keagamaan di satu sisi dan tren sosial global di sisi lain. Sebagai perempuan Islam, mereka ingin memakai busana Muslimah di satu sisi, tetapi ingin tampil seksi dan menarik di sisi lain. “Seksi” dan “menarik” ini adalah pengaruh kultur Barat, konteksnya adalah pameran diri (show-off, exhibitionism) untuk konsumsi publik laki-laki dan pasar ekonomi. Dalam Islam, sebagai makhluk yang dihargai, perempuan dilarang keras berpamer-pamer seperti itu. Yang ada justru perintah menjaga dan menutup diri agar terhormat (banyak hadits yang mengutuk perempuan yang memakai baju tipis, ketat atau membuka aurat di depan umum dan sebagainya). Tapi, karena perempuan-perempuan muda hidup di kota-kota besar dalam lingkungan kultur global yang sangat westernized, sementara pendidikan agamanya kurang, maka “seksi” dan “menarik” tetap menjadi pilihan banyak perempuan muda. Seksi dan menarik adalah ikon-ikon kecantikan sekuler yang selama ini membentuk cara berfikir para wanita muda dan remaja. Maka lihatlah, kita menyaksikan sebuah “spesies baru” generasi perempuan Islam yang “berbusana Muslimah” sangat khas: ketat mencetak badan, lekuk-lekuk tubuh ditonjolkan, perut dan pinggang dipamerkan, kadang-kadang (maaf!) celana dalam bagian belakang kelihatan sementara kepalanya terbungkus kerudung. Model “busana Muslimah” generasi ini persis seperti disinyalir dalam hadits Nabi: “berpakaian tetapi telanjang!”. Naudzubillah!
Fenomena inilah yang mungkin bagi beberapa pihak, dirasa memprihatinkan. Memang, walaupun ajaran agama tidak pernah mengurusi gaya dan model busana yang harus dikenakan penganutnya, namun setidaknya, dalam ajaran Islam, ada tuntunan, yang walaupun tidak terperinci, mengatur tata cara berbusana bagi seorang muslimah. Pertama; Bahan yang dipakai tidak boleh transparan, kedua; Model dan bentuknya harus menutup aurat, harus longgar, tidak ketat, tidak menyerupai pakaian-pakaian laki-laki dan wanita-wanita kafir, ketiga; Niatnya harus ikhlas, bukan untuk menyombongkan diri baik melalui model, perhiasan maupun parfum yang dipakai sehingga terlalu menarik perhatian orang banyak. Wallahu a’lam bishshowab…

*) Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kecamatan Astanajapura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar