PESAN MORAL SUNAN GUNUNG JATI
Oleh: Harbayanti Abdi, S.Sos.I *)
Syekh Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati adalah tokoh Cirebon yang dikenal sebagai anggota Wali Sanga penyebar agama Islam di Jawa Barat. Wasiatnya yang tersirat dalam pesan moralnya, sangat melekat di hati masyarakat
Makna tajug di sini merupakan penerapan hablumminaallah (hubungan baik antara manusia dengan penciptanya) agar terpelihara di hati setiap warga muslim di Kabupaten Cirebon khususnya. Salah satu caranya adalah dengan memakmurkan, meramaikan dan menjaga kebersihan masjid. Kalau bukan kita umat Islam yang menjaga dan memakmurkan masjid, lalu siapa lagi? Masjid adalah lambang peradaban Islam di masa awal Rasulullah SAW. hijrah dari Mekkah ke Madinah. Bangunan pertama yang didirikan Rasulullah di Madinah, adalah masjid. Masjid sebagai tempat sujud (sholat), tempat bermusyawarah urusan agama dan urusan pemerintahan, tempat belajar dan pendidikan, bahkan tempat untuk mengatur siasat perang. Seandainya semua umat Islam menjadikan seluruh hamparan bumi ini sebagai masjid, dalam arti semua kegiatan yang dilakukan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT., insyaAllah dunia ini akan damai dan tentram. Bekerja di mana saja niatkan untuk ibadah kepada Allah, apa saja yang kita kerjakan tidak menyimpang dari aturaan Allah. Menuntut ilmu dimana saja niatkan untuk ibadah, agar ilmu yang kita peroleh bermanfaat dunia akhirat dan tidak menjadi laknat. Memimpin keluarga, memimpin masyarakat, niatkan untuk ibadah kepada Allah agar kita bisa menjadi pemimpin yang dicintai rakyat karena Allah.
Seperti juga Rasulullah SAW. yang seorang pemimpin agama dan juga pemimpin pemerintahan, Sunan Gunung Jati pun demikian. Ia penyebar agama Islam di Jawa Barat yang akhirnya menjadi pemimpin daerah Cirebon setelah Pangeran Cakrabuana, uwa dan ayah mertuanya wafat. Beliau adalah tokoh babad Cerbon, sebagai pendiri Cirebon yang sekarang menjadi Kota dan Kabupaten. Tanggal 2 April, setelah resmi menjadi Sultan, Syekh Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati, memproklamirkan kesultanan Cirebon menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa Barat, melepaskan diri dari kekuasaan kakeknya Sang Prabu Siliwangi yang masih beragama Hindu. Kabupaten Cirebon tampil dengan wajah yang Islami, karena berangkat dari proklamasi kerajaan Islam. Inilah mungkin yang menandai penyebaran Islam di Jawa Barat, dengan peninggalan sejarah berupa pondok pesantren yang banyak bertebaran di kabupaten Cirebon.
Amanat Sunan Gunung Jati berkaitan dengan fakir miskin merupakan penerapan hablumminannaas, yaitu berhubungan baik antar sesama manusia. Hal ini harus diwujudkan sedikit demi sedikit secara bertahap namun pasti, dengan cara memperhatikan nasib rumah penduduk miskin, perbaikan lingkungan pemukiman kumuh, pemberian bea siswa pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa yang tergolong anak yatim dan miskin serta santunan buat lembaga-lembaga pendidikan Islam semacam Madrasah Diniyah dan Ibtidaiyah. Silaturrahmi antara pemerintah dan warga miskin, juga silaturahim antara warga yang lebih berkecukupan dengan warga fakir miskin harus sering dilakukan.
Kepada anak-anak yatim mari kita bangkitkan semangat belajar, demi menatap masa depan. Pemerintah kabupaten Cirebon mulai dari aparat desa sampai aparat pemerintah kabupaten, berkewajiban dan bertanggung jawab mengantarkan mereka sebagai generasi pemimpin di masa yang akan datang. Karena dalam undang-undang dasar 1945 dicantumkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Dan kata nabi, kemiskinan itu mendekatkan pada kekufuran. Berantas kemiskinan sejak dari akarnya agar tidak terjadi kekufuran. Yaitu dengan mendidik anak-anak kita agar tidak buta baca tulis latin apalagi buta baca tulis al Qur’an. Didik akalnya dan didik hatinya agar tidak salah jalan. Miskin dan kaya hanyalah status di masyarakat. Jika orang kaya murah hati dengan kekayaannya sehingga mau membantu pemerintah dalam memberikan santunan bea siswa bagi anak-anak usia sekolah di Kabupaten Cirebon, maka orang miskin bersabarlah dengan kemiskinannya namun tetap harus berusaha untuk terus bangkit memperbaiki hidupnya menjadi keluarga yang terdidik untuk bekal dunia akhirat. Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya.
Kita sebagai bagian dari masyarakat kabupaten
*) Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kecamatan Talun
oke bro...
BalasHapus